Jumat, 06 Februari 2015

Supir Angkot Hijau

Tak biasanya aku tersenyum selebar dan sebahagia ini. Kamis malam lalu, tepatnya tanggal 29 Januari 2015, merupakan hari yang sangat mengesankan dan  menggembirakanku. Aku bersama kakak asramaku, Kak Listian Nova, menyempatkan waktu untuk pergi ke Botani Square menonton film Seventh Son. Awal dari perjalanan kami biasa saja. Pergi berdua dengan menaiki angkutan perkotaan (angkot) Kampus Dalam menuju terminal Laladon, lalu berganti dengan angkot hijau 03 tujuan Baranangsiang. Nah… Di sini aku merasakan feel tersebut. Terkesan dan bahagia sekali. Beruntung sekali, aku dapat duduk di kursi depan di samping pak supir. Angkot yang kami tumpangi sudah penuh dan siap melaju menuju Botani Square. Entah apa yang yang terjadi, semua fokus-ku tertuju pada supir angkot lanjut usia tersebut. Sebelum berangkat, ia mengucapkan kalimat luar biasa yang belum pernah aku dengar dari mulut supir angkot lainnya. Ia mengucapkan lafadz basmallah (Bismillaahir Rahmaanir Rahiim) sebelum ia tancap gas dengan angkotnya.

Sepanjang perjalanan, aku tetap menaruh fokus-ku pada supir angkot tersebut. Dan di sepanjang perjalanan itu pula, ia menebarkan kebaikan bagi para penumpang dan orang-orang sekitar. Saat ada penumpang yang turun tetapi tempat ia memberhentikan angkot sedikit terlewat dengan tempat yang dimaksud oleh penumpang (read: kelewatan), ia langsung meminta maaf pada penumpang tersebut. Kejadian itu sempat terjadi tiga kali dalam hitunganku. Mungkin pak supir tersebut tidak mendengar saat penumpang bilang “kiri” karena ia sedang fokus pada perjalanannya. Kejadian unik lainnya adalah saat ada seorang ibu lanjut usia yang ingin menyeberang jalan. Pak supir langsung memberhentikan angkotnya dan membiarkan ibu tersebut menyeberang di hadapannya. Selain itu, saat ada penumpang yang memberikan uang sejumlah lima puluh ribu rupiah, ia tetap mengembalikan kembaliannya dengan jujur. Penumpang tersebut naik bersamaku dari terminal Laladon. Ia turun di stasiun dan diberi kembalian sebesar empat puluh enam ribu rupiah, tidak kurang dan tidak lebih.

Satu hal yang membuatku betah menaruh fokus-ku pada supir angkot tersebut adalah bahwa supir angkot tersebut selalu tersenyum kepada siapa pun, di mana pun, dan dalam kondisi apapun. Subhanallah…


Allah Swt. telah merencanakan semuanya. Setelah kami selesai menonton film Seventh Son, kami melanjutkan perjalanan pulang menuju asrama. Lagi… Lagi… Dan lagi… Aku katakana bahwa Allah Swt. telah merencanakan semuanya. Ketika pulang, kami bertemu kembali dengan supir angkot luar biasa tersebut. Angkot yang sama dengan supir yang sama. Lagi-lagi, supir angkot ini memang luar biasa. Ia tetap sama seperti yang awal aku ceritakan di atas. Ia tetap baik, ramah, dan murah senyum kepada siapa pun. Masya Allah… Di zaman seperti ini ternyata masih ada orang luar biasa seperti Bapak. Andaikan semua supir angkot yang ada di mana pun berperilaku seperti Bapak, insya Allah akan tercipta kedamaian dan kesejukkan hati. Semoga Bapak tetap istiqomah dengan sifat-sifat Bapak yang luar biasa tersebut. Semoga pula aku dapat dipertemukan kembali dengan Bapak atau mungkin supir-supir angkot lain yang memiliki sifat seluar biasa Bapak. Aamiin………

2 komentar: